Seharusnya patut dikeluhkan. Dan saya pun patut mengeluh. Dampak dari aksi terorisme bukanlah sekedar dampak perih yang disandang oleh keluarga korban bom Mariot, bom Bali, Kerusuhan Poso atau berbagai kejadian memprihatinkan lainnya. Dampak itu telah merembes bagai air yang tak dapat dicegah. Ambil hitungan. Travel warning pernah diterapkan beberapa negara bagi warganya yang akan mengunjungi negara kita, dampaknya sektor pariwisata terpukul dan terkapar. Keberadaan saudara-saudara kita diluar mulai diintimidasi, dampaknya nama kita tercoreng dalam pergaulan sosial dunia. Bahkan kitapun sudah tidak nyaman lagi untuk mengunjungi tempat-tempat publik dan perkantoran karena harus rela untuk “digeledah”! Tak terbayang bukan bahwa korelasi tindakan akan sedemikian menglobal dan merambah semua sektor.
Wokshop kerja saya bertempat di publick space sebuah gedung yang tiap kali masuk harus melewati gerbang pemeriksaan baik itu untuk pejalan kaki maupun yang berkendaraan. Penjagaan yang sebelumnya hanya mengamati kini sudah diwajibkan untuk menggeledah meski kadang hanya di longok semenjak aksi terorisme mewabah beberapa tahun lalu. Jauh dalam hati saya memaklumi keadaan ini. toh hasilnyapun untuk kepentingan bersama dan saya masih bersyukur beberapa konsumen saya yang berada di luar komplek gedung masih loyal untuk mampir. Kebetulan sekali lokasi komplek gedung itu merupakan penghubung antara jalan Benhill dengan jalan jendral Sudirman. […….]