By Be Samyono [17092020-15.50]
Bertajuk ” KAMPUS TERCINTA TEMPATKU BERKARYA” Antologi ini merupakan kumpulan pengalaman pribadi para dosen yang memilih bekerja dan mengabdikan diri dalam rangka beribadah pada Allah Azza Wa Jalla di Universitas Al Azhar Indonesia. Kisah inspiratif ini di tulis 19 Dosen UAI dan diterbitkan oleh Sastrabook Indonesia, Yogyakarta. September 2020. Berikut adalah tulisan kontribusi saya dalam antologi ini:
MUARA SEBUAH PERJALANAN
Orang yang bisa mencapai dermaga adalah mereka yang mampu membawa biduknya menuju muara yang tepat, bukan mereka yang menyerahkan pada arus air sungai. (Be Samyono)
Ibu saya pernah membisikkan sebuah cerita tentang hujan. yang menjelaskan bahwa titik-titik airnya merupakan keinginan kita yang jatuh ke bumi. Menetes, berkumpul dan mengalir menuju muara-muara kenyataan yang ingin kita wujudkan. Ibu saya berpesan, “Jaga setiap tetesnya, biarkan dia mengalir ke sungai-sungai yang mampu membawanya pada muara yang kita inginkan. Jangan biarkan dia mengalir dalam kepasrahan apalagi dalam keputusasaan”. Nalar kecil saya kala itu tidaklah mampu mencerna kata demi kata namun hati saya cukup bisa mengingatnya, untuk bisa saya mengerti di satu saat nanti.
Dalam perjalanan karir saya sebagai pengajar, perlu waktu hampir 10 tahun untuk bisa bergabung dengan UAI sebelum diterima di tahun 2014. Sebelumnya saya lebih menikmati peran saya sebagai dosen tidak tetap di UAI sembari menjalankan beberapa bisnis yang lebih dahulu saya geluti sejak di S2. Meskipun keinginan saya cukup besar untuk bisa masuk secara penuh di UAI namun saya masih berkecil hati. Ada nilai-nilai “kepantasan” yang belum saya yakini bisa membawa saya untuk diterima. Semua tak lain karena dua pendidikan strata yang saya lalui sebelumnya berada di perguruan non muslim dan lebih dari itu keyakinan akan kemampuan untuk terjun sepenuhnya sebagai pendidik masih saya pertanyakan berkenaan dengan bisnis saya. Pada kenyataannya sejak bergabung sebagai Dosen tidak tetap mulai 2004 saya belum menunjukkan capaian yang membanggakan untuk UAI.
Seiring waktu saya menyadari keinginan saya berkarir di UAI adalah salah satu dari titik hujan yang pernah ibu saya ceritakan. Titik hujan yang jatuh karena pada akhirnya saya menetapkan pilihan untuk berkarir di dunia pendidikan sesuai dengan hasrat saya dan kesadaran untuk memilih UAI sebagai muaranya.
Muara yang saya harapkan bisa menghantar saya lebih dalam memahami nilai-nilai Islami. Muara yang saya harapkan bisa menyemai potensi saya dan mengembangkan kiprah saya, serta muara yang bisa bersama bersinergi dan bersama membangun makna karena kesamaan visi. Kabar akan ditutupnya konsentrasi kewirausahaan pada prodi Manajemen fakultas Ekonomi UAI 13 tahun lalu cukup meresahkan 7 mahasiswa yang mengambil matakuliah akhir proyek bisnis yang saya ampu.
Di satu sisi saya mengerti adanya beberapa alasan prodi manajemen untuk melebur konsentrasi ini dengan konsentrasi pemasaran. Namun di sisi lain saya berfikir keresahan akan kehilangan ini harus bisa di wadahi. Jelas bahwa keputusan penutupan konsentrasi kewirausahaan ini tidaklah mungkin berubah dan harus juga dipahami bahwa kapasitas saya hanyalah sebagai Dosen Tidak Tetap. Tidak banyak yang bisa saya tawarkan apalagi perbuat, kecuali pada akhirnya saya meminta kolaborasi dan kreatifitas mahasiswa di kelas tersebut untuk membuat sejarah mereka sendiri. Sejarah yang akan mengingat keberadaan konsentrasi kewirausahaan ini hingga bertahun kedepan.
Gayungpun bersambut. Ide besar akhirnya di gulirkan oleh kelas kewirausahaan ini dengan membuat event tahunan kewirausahaan dengan label Business Launching. Event ini secara kreatif mempunyai konsep me-launching bisnis baru yang menjadi hasil karya usaha dari mahasiswa-mahasiswa konsentrasi kewirausahaan. Keinginan besar yang terselip di acara itu adalah menunjukkan bahwa mahasiswa konsentrasi kewirausahaan mempunyai kapabilitas membangun dan menjalankan bisnis sebagai embrio selama mereka kuliah. Dan inilah legacy yang ingin mereka wariskan ke adek adek kelasnya nanti.
Acara pertama yang digelarpun cukup memberikan awareness dengan mengadakan pameran di lobby serta pemaparan tujuh bisnis yang dijalankan mahasiswa di angkatan ini. Tahunpun berjalan dak konsentrasi kewirausahaan telah dihapuskan. Namun perjalanan event business launching tetap bergulir hingga sekarang. Tahun ini acara Business Launching memasukin tahun ke 13. Akhirnya terlihat bahwa event ini mampu menuliskan sejarah yang tidak bisa diremehkan. Business launching tetap digelar setiap tahunnya di konsentrasi baru yaitu konsentrasi pemasaran dan kewirausahaan pada mata kuliah Proyek Bisnis. Bahkan pada akhirnya event pada mata kuliah ini menjadi selling point bagi prodi manajemen. Berkat kepedulian kepala Prodi dan Dekan FEB serta Wakil Rektor UAI kala itu event ini tetap konsisten berjalan setiap tahunnya dengan keragaman konsep acara, tempat digelar dan bentuk kegiatan.
Saya pribadi cukup berbangga dengan event ini dimana rule sederhana dalam menjalankan event tahunan ini tetap dijaga, yaitu Zero Budget. Mahasiswa selalu ditantang untuk kreatif menggelar event tanpa ada modal dari prodi ataupun universitas. Mereka menggalang dana mandiri melalui pelaksanaan event ini sendiri. Menariknya di salah satu event mereka bisa mengulirkan dana operasional hingga 60 juta tetap dengan modal Zero Budget. Business Launching adalah salah satu sungai yang airnya terkumpul dari titik hujan keinginan saya. Dimana sungainya saya gali agar bisa mengalirkan air menuju muara yang saya inginkan. Event ini menjadi satu pembuktian akan kesungguhan dan kemampuan saya untuk memberi makna akan keberadaan saya di UAI.
Seperti nasehat ibu saya saat itu, menjaga titik hujan keinginan saya adalah satu keharusan. Membiarkan air mengalir dengan kepasaran tanpa usaha dan hanya berupaya untuk mencari kemudahan belaka bukanlah prinsip yang ditanamkan dalam diri saya. Syukur menjadi hal yang tak pernah saya lupakan bahwa atas upaya itu saya bisa mewujudkan keinginan untuk bisa diterima di UAI hingga saat ini. [bersambung]